Zat Tambahan yang terkandung
dalam larutan mata
Pengawet
Pembawa Isotonik
Pengoksidasi
Konsentrasi Ion Hidrogen
Bahan Penghelat
Visositas
Persyaratan Larutan Mata
Toksisitas bahan lokal
Nilai Isotonis
Buffer/bahan pendafar
Bahan pengawet yang cocok
Sterilitas
Kemasan Yang Tepat
Bebas Partikel Asing
Jenis Jenis Larutan Untuk Hidung
a.
Collunarium (obat cuci hidung): larutan yang
digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa larutan dalam air yang
ditujukan untuk membersihkan rongga hidung.
b.
Guttae
nasales/Nose drops (obat tetes
hidung): obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke
dalam rongga hdung, dapat mengandung zat pensuspensi, pemdapar, dan pengawet.
c.
Nebula/Inhalationes/Nose
spray (obat
semprot hidung): sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau
disemprotkan (nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam saluran
pernafasan.
4. Larutan Otik : Solutio
otic/guttae auriculares (obat tetes telinga): larutan yang mengandung atau
gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispensi, untuk penggunaan telinga
luar. Biasanya mengandung antibiotik, sulfonamida, anestetik lokal, peroksida
(H2O2), fungisida, asam borat, NaCl, gliserin, dan
propilen glikol.
5. b.
Eliksir: larutan
oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar
etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti
gliserin dan propilen glikol.
c.
Netralisasi: obat minum yang dibuat dengan
mencamourkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan
bersifat netral.
d.
Saturatio: obat minum yang dibuat dengan
mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah
sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.
e.
Potio
effervescent: saturatio
dengan gas CO2 yang lewat jenuh.
f.
Guttae: sediaan cair berupa larutan,
emulsi, suspensi yang jika tidak dikatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam.
Di perdagangan dikenal dengan istilah pediatric drops.
Keuntungan sediaan larutan ;
1.
Lebih
mudah ditelan disbanding bentuk padat sehingga
dapat digunakan untuk bayi, anak-anak , dan usia
lanjut .
2.
Segera
diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk
larutan ( tidak mengalami proses disintegrasi
dan pelarutan ).
3.
Obat
secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan .
4.
Mengurangi
resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat
iritan ( contoh : Aspirin, KCl ), karena larutan akan
segera diencerkan oleh isi lambung.
Kekurangan sediaan larutan :
1.
Larutan
bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan
untuk diangkut dan dismpan. Apabila kemasan
rusak , keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.
2.
Stabilitas
dalam bentuk larutan biasanya kurang baik
dibandingkan bentuk sediaan tablet atau
kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
3.
Larutan
merupakan media ideal untuk pertumbuhan
mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan
penambahan pengawet.
4.
Ketetapan
dosis tergantung pada kemampuan pasien
untuk menakar.
5.
Rasa
obat yang kurang menyenangkan akan lebih
terasa jika diberikan dalam larutan
dibandingkan dalam bentuk padat . Walaupun
demikian. Larutan dapat diberi pemanis dan
perasa agar penggunaanya lebih nyaman .
1. Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
4.
Larutan
untuk mulut:
a.
Collutorium (obat cuci mulut): larutan pekat
dalam air yang mengandung deodoran, antiseptik, anestetik lokal, dan
adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut.
b.
Gargarisma/Gargle
(obat
kumur): sediaan berupa larutan, umumnya dalam larutan pekat yang harus
diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegah atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan napas.
c.
Litus oris (obat oles bibir): cairan agak
kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut.
d.
Guttae oris (obat tetes mulut): obat tetes yang
digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan sir untuk
dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.
Zat pelarut disebut solvent , sedangkan zat yang terlarut
disebut solute
.Solvent yang biasa dipakai adalah :
-Air
-Spiritus
-Gliserin
-Eter
-Minyak
-Parafin Liquidum
-Eter Minyak Tanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar