Jumat, 06 Juni 2014

Ilmu Resep


Zat Tambahan yang terkandung dalam larutan mata
Pengawet
Pembawa Isotonik
Pengoksidasi
Konsentrasi Ion Hidrogen
Bahan Penghelat
Visositas
Persyaratan Larutan Mata
Toksisitas bahan lokal
Nilai Isotonis
Buffer/bahan pendafar
Bahan pengawet yang cocok
Sterilitas
Kemasan Yang Tepat
Bebas Partikel Asing
Jenis Jenis Larutan Untuk Hidung
a.     Collunarium (obat cuci hidung): larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung.
b.     Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung): obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hdung, dapat mengandung zat pensuspensi, pemdapar, dan pengawet.
c.      Nebula/Inhalationes/Nose spray (obat semprot hidung): sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan (nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan.
4. Larutan Otik : Solutio otic/guttae auriculares (obat tetes telinga): larutan yang mengandung atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispensi, untuk penggunaan telinga luar. Biasanya mengandung antibiotik, sulfonamida, anestetik lokal, peroksida (H2O2), fungisida, asam borat, NaCl, gliserin, dan propilen glikol.
5. b.     Eliksir: larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.
c.      Netralisasi: obat minum yang dibuat dengan mencamourkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.
d.     Saturatio: obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.
e.     Potio effervescent: saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh.
f.       Guttae: sediaan cair berupa larutan, emulsi, suspensi yang jika tidak dikatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Di perdagangan dikenal dengan istilah pediatric drops.
Keuntungan  sediaan  larutan ;
1.        Lebih  mudah  ditelan  disbanding bentuk  padat  sehingga  dapat  digunakan  untuk  bayi, anak-anak , dan  usia  lanjut .
2.        Segera  diabsorpsi  karena  sudah  berada  dalam  bentuk  larutan  ( tidak  mengalami  proses  disintegrasi  dan  pelarutan ).
3.        Obat  secara  homogen  terdistribusi  ke  seluruh  sediaan .
4.        Mengurangi  resiko  iritasi  pada  lambung  oleh  zat-zat  iritan  ( contoh : Aspirin, KCl ), karena  larutan  akan  segera  diencerkan  oleh  isi  lambung.
       Kekurangan  sediaan  larutan :
1.        Larutan  bersifat  voluminous,  sehingga  kurang  menyenangkan  untuk  diangkut  dan  dismpan.  Apabila  kemasan  rusak , keseluruhan  sediaan tidak  dapat  dipergunakan.
2.        Stabilitas  dalam  bentuk  larutan  biasanya  kurang  baik  dibandingkan  bentuk  sediaan  tablet  atau  kapsul,  terutama  jika  bahan  mudah  terhidrolisis.
3.        Larutan  merupakan  media  ideal  untuk  pertumbuhan  mikroorganisme, oleh  karena  itu  memerlukan  penambahan  pengawet.
4.        Ketetapan  dosis  tergantung  pada  kemampuan  pasien  untuk  menakar.
5.        Rasa  obat  yang  kurang  menyenangkan  akan  lebih  terasa  jika  diberikan  dalam  larutan  dibandingkan  dalam  bentuk  padat . Walaupun  demikian.  Larutan  dapat  diberi  pemanis  dan  perasa  agar  penggunaanya  lebih  nyaman .

1.     Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.

5. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.




4.     Larutan untuk mulut:
a.     Collutorium (obat cuci mulut): larutan pekat dalam air yang mengandung deodoran, antiseptik, anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut.
b.     Gargarisma/Gargle (obat kumur): sediaan berupa larutan, umumnya dalam larutan pekat yang harus diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegah atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan napas.
c.      Litus oris (obat oles bibir): cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut.
d.     Guttae oris (obat tetes mulut): obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan sir untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.

Zat pelarut disebut solvent , sedangkan zat yang terlarut disebut solute
.Solvent yang biasa dipakai adalah :
-Air
-Spiritus
-Gliserin
-Eter
-Minyak
-Parafin Liquidum
-Eter Minyak Tanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar